Senin, 17 November 2014

Tugas ISD Konflik dan Kesenjangan Sosial

  • Konflik Sosial
Konflik Perbatasan di Riau dengan Jambi
Konflik di perbatasan antara Provinsi Riau dengan Jambi yang berada di Desa Alim, Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) dengan Desa Balairajo, Kecamatan VII Koto Ilir, Kabupaten Tebo (Jambi) kembali terjadi. Satu unit bangunan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang terletak di Dusun V dibakar massa. Sekolah itu terletak di wilayah Jambi.

Peristiwa pembakaran bangunan sekolah PAUD terjadi Jumat (17/10) sekitar pukul 23.00 WIB malam lalu. Peristiwa ini berawal dari adanya pekerjaan box culvert yang akan dilaksanakan oleh Pemkab Tebo di wilayah Dusun V. Wilayah itu saat ini sudah menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Tebo berdasarkan Permendagri No 33 tahun 2013 tentang perbatasan Riau dengan Jambi.


Rencana pembangunan box culvert tersebut sempat diprotes oleh Kepala Dusun V Hamidi. Dia mengklaim wilayah Dusun V tersebut masih bagian dari Desa Alim, Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Inhu, Provinsi Riau. Hamidi meminta persoalan batas antara kedua provinsi perlu ditinjau kembali.

Hanya saja penolakan Hamidi tersebut membuat sejumlah massa yang diduga berasal dari Desa Balairajo marah dan menyerang kediaman Hamidi. Tetapi karena Hamidi tidak berada di rumah, massa melampiaskan kemarahannya dengan membakar sekolah PAUD yang berada di depan rumah Hamidi.

Peristiwa ini juga dibenarkan Kepala Bagian Administrasi Tata Pemerintahan Setdakab Inhu, H Hendry Yasnur ketika dikonfirmasi, Senin (20/10). "Benar, ada peristiwa pembakaran terhadap bangunan PAUD di Dusun V yang saat ini sudah menjadi bagian dari Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Berdasarkan informasi terakhir, saat ini situasi di perbatasan Desa Alim dan Desa Balairajo sudah kondusif, ujarnya.

Tidak ada korban jiwa akibat pembakaran bangunan sekolah PAUD semi permanen yang sebelumnya berada di wilayah Desa Alim, Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Inhu, Provinsi Riau. Namun pembakaran ini sempat membuat masyarakat di perbatasan Riau dan Jambi memanas.

  •  Kesenjangan Sosial
Tukang Sampah

Pak Mahmudin, seorang tukang sampah didaerah  Manggarai. Bapak ini berasal dari Sulawesi dan tinggal dijakarta sejak tahun 80han(katanya). Pak Mahmudin berumur kurang lebih 50 tahun.
Saat ditemui hari senin kemarin, pak Mahmudin kebetulan lagi duduk beristirahat dan itu kesempatan bagi saya, saya menanyakan sepatah dua patah pertanyaan.

“capek mas..  abis nyari sampah seharian” tutur pak Mahmudin.
“dari pagi mas.. baru dapet segini” pak Mahmudin ketawa kecil saat saya tanyakan jalan dari jam berapa.
“Terus kalo berangkat pagi dapetnya berapa pak?” tanya saya.
“yaah jangan tanya gaji mas.. gak dapet apa-apa, cuman cukup buat makan sama istri saja udah bersyukur” jawab pak Mahmudin.
“kalo gak sekarang kapan lagi, kalo bukan saya siapa lagi mas yg peduli dengan sampah” sambung pak Mahmudin.

Masih panjang lagi sih wawancara kami tapi itu yang mewakili.

Ulasan:
Sebagai tukang sampah yang kerjaannya mencari sampah setiap hari dari pagi sampai siang atau bahkan sampai sore cuma bisa memenuhi kebutuhan untuk makan saja. Walawpun tidak bisa menabung pak Mahmudin selalu semangat. Lihat saja foto dibawah! tidak ada tampang susah :-)





Note:
Walaupun keadaan begitu pak Mahmudin adalah seorang perokok

Tidak ada komentar :

Posting Komentar